Istriku Sarjana, & Jadi Ibu Rumah Tangga. Ada Yang Salah?
Saya sering ditanya oleh beberapa teman mengenai pekerjaan istri. Alhamdulillah saya selalu bangga menyebut pekerjaannya sebagai seorang Ibu rumah tangga. Ya istri saya memanglah seorang sarjana, tapi atas kemauannya sendiri dan berbagai pertimbangan yang Insyaallah lbh byk manfaatnya akhirnya kami berdua putuskan supaya dia tetap berada di rumah dan sepenuhnya menjadi Ibu rumah tangga.
Beberapa orang memang terkadang menyayangkan. Namun ini sudah jadi keputusan bersama yang insaallah lebih bermanfaat bagi keluarga kecil kami. Waktu berlalu, tahun berjalan ternyata menurut saya menjadi Ibu rumah tangga tak semudah yang kita “para lelaki” bayangkan.
Apakah ada yang masih berpikir bahwa menjadi Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang sepele? adakah yang masih meremehkan bahwa menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan mudah, dan tak lebih sulit ketimbang wanita yang bisa bekerja dan mencari uang?
Tolong sekali lagi jika kita masih punya pikiran seperti itu segera buang jauh2. Bekerja itu hanyalah sebuah istilah. Bekerja bukan hanya berkaitan dgn upaya mencari nafkah. Jika bekerja dikonotasikan dgn mencari nafkah, bukankah mencari nafkah itu sendiri dlm rumah tangga adalah tugas seorang pria/ suami?
Jika dibandingkan menjadi seorang Ibu Rumah Tangga justru memiliki banyak kesulitan dan tantangan tersendiri. Ibu rumah tangga mempunyai daftar pekerjaan yang tak kunjung habis. Kalau boleh meminjam istilah mulai dari pekerjaan Di Dapur (memasak), di Sumur (mencuci, setrika), di Kasur (melayani suami) itu semua dilakukan sendiri tanpa pernah mengeluh atau mengharap imbalan. Ibu rumah tangga juga harus bisa jadi Guru bagi anak mereka, menjadi manager untuk mengatur keuangan keluarga, jadi Chef utk makan keluarga, dan berbagai profesi yang sekaligus bisa dikerjakan seorang Ibu rumah tangga.
Namun sejatinya tak cuma itu saja pekerjaan ibu rumah tangga. Bahkan kalau anda mau merinci pekerjaan Ibu rumah tangga tak akan pernah habis dan selesai. Ga cukup 24 jam bahkan lebih dari 36 jam. Dari mulai bangun pagi hingga tidur malam seorang Bu rumah tangga disibukkan dengan urusan2 rumah tangga. Bahkan tak jarang untuk urusan mereka sendiri malah terabaikan.
Sudah waktunya kita berhenti berpikir bahwa ibu rumah tangga itu bukan sebuah pekerjaan. Ibu rumah tangga itu adalah pilihan sebuah Profesi dlm kehidupan. Bahkan Di KTP pun Ibu rumah tangga dimasukkan ke dalam kriteria pekerjaan.
Sebagai profesi, pekerjaan Ibu rumah tangga itu berkantornya justru di banyak tempat, dari rumah, pasar, sekolah anak dan tempat2 yang terkait profesi Ibu rumah tangga. Tantangan menjadi Ibu rumah tangga sangat berat, bagaimana ia mampu melayani anak2 dan suami, bagaimana ia harus bisa ikhlas dan bersyukur akan kondisi mereka, karena hal demikianlah yang dapat menciptakan kebahagiaan hakiki dlm berumah tangga.
Balasan dari pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga bukanlah Uang cash seperti yang didapatkan wanita pekerja kantoran. Namun sebagai Ibu Rumah Tangga penghasilannya berupa hasil dari darma baktinya bagi keluarga. Kebahagian keluarga, kedamaian, kenyamanan, dapat melihat suami betah dirumah dan menyaksikan pertumbuhan anak mereka dari waktu ke waktu. Saya kita itu adalah penghasilan yang tak akan bisa dinilai dengan uang.
Jadi mau jadi wanita yang bekerja ataupun Ibu rumah tangga. Semuanya adalah sama derajatnya. Keduanya adalah sosok wanita hebat yang memiliki pilihan hidupnya masing-masing. Jadi jangan pernah meremehkan wanita ataupun sarjana yang lebih memilih menjadi Ibu rumah tangga. Karena sekali lagi pekerjaan ini tidaklah mudah dan butuh banyak rasa syukur, sabar dan ikhlas supaya mendapatkan kebahagiaan suami istri yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.
Ingat dan jangan pernah menyesal anda bersekolah tinggi (D3, S1, S2 bahkan S3) namun pada akhirnya menjadi Ibu rumah tangga. Menjadi Ibu tidaklah mudah, sehingga pendidikan sangatlah penting. Tahu kenapa jepang menjadi negara sangat maju? karena wanita disana rata2 berpendidikan tinggi dan bangga menjadi Ibu rumah tangga.
Beruntunglah anda para Pria (suami) yang memiliki istri seorang sarjana dan memilih mereka untuk melayani anda sepenuhnya menjadi Ibu rumah tangga. Karena banyak wanita harus “terpaksa” bekerja karena ingin membantu suami mencari nafkah demi kerberlangsungan kehidupan keluarga mereka.
Sekali lagi Salut bagi wanita yang memilih bekerja dikantoran namun tak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai Ibu rumah tangga. Respek bagi para wanita yang tulus ikhlas mengabdikan hidup mereka untuk menjadi Ibu rumah tangga. Percayalah anak dan suami anda akan sangat bangga dilayani dan dibesarkan oleh seorang Ibu Sarjana.
trims...
Andi Junedi Pane
09.01.2016
trims...
Andi Junedi Pane
09.01.2016